KAJIAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN REKAM MEDIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN (Studi Putusan Pengadilan Negeri Sidikalang Nomor 38/Pid.B/2019/PN Sdk).

Salah satu kegunaan rekam medik dalam hukum yaitu untuk membuktikan suatu tindak pidana yang terjadi, seperti contoh yang terjadi di Sidikalang pada tahun 2019. Di mana rekam medik digunakan untuk membuktikan adanya tindak pidana penganiayaan, hal tersebut tertuang dalam Putusan Pengadilan Negeri Sidikalang Nomor 38/Pid.B/2019/PN Sdk, yang amar putusannya menyatakan bahwa terdakwa yang Bernama Osti Berliana Sigalingging terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penganiayaan, dan dihukum pidana penjara selama 3 bulan. Bagaimana pengaturan hukum terhadap rekam medik dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap tindak pidana penganiayaan, Bagaimana analisis terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sidikalang Nomor 38/Pid.B/2019/PN Sdk. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan metode penelitian kepustakaan dengan penulis mengkaji penggunaan rekam medik untuk membuktikan tindak pidana penganiayaan. Perbuatan penganiayaan dikategorikan perbuatan pidana dalam suatu peristiwa hukum, apabila penganiayan tersebut menyebabkan kematian seseorang tentunya ini dapat dimasukan kedalam kejahatan pada tingkatan yang lebih berat karena mengakibatkan matinya suatu hak hidup seseorang yang diambil secara memaksa. Majelis hakim mempertimbangkan bahwa adanya adanya tulisan “lebam” yang menimpah tulisan dibawahnya dalam rekam medik tidak serta merta membatalkan isi Visum et Repertum Pro Justisia, yang dijadikan bukti surat dalam perkara ini, andaipun prosedur pencoretan yang salah dan penulisan yang benar oleh dokter dalam sebuah rekam medik tidak dilakukan oleh seorang dokter pemeriksa, tentu hal tersebut bukanlah kesalahan yang menganulir Visum et Repertum, sedangkan mengenai adanya tulisan penyebab timbulnya luka atau lebam tersebut akibat dipukul tetangga