PERILAKU BISNIS RASULULLAH SAW DALAM MENJALANKAN BISNIS SEBAGAI ENTREPRENEUR MENURUT FILSAFAT EKONOMI BARAT

Penelitian ini ialah tentang Perilaku Bisnis Rasulullah SAW Dalam Menjalankan Bisnis Sebagai Entrepreneur Menurut Filsafat Ekonomi Barat. Sebagai seorang tokoh utama dalam penelitian ini. Rasulullah merupakan Nabi dan Rasul yang menjadi panutan dalam berakhlak sekaligus entrepreneur yang sukses dalam menjalankan bisnis. Dalam menjalankan bisnis Rasulullah memiliki perilaku bisnis keTauhidan serta tidak merugikan manusia dalam menerapkan bisnisnya hingga
sukses. Sebagian orang berasumsi bahwa orang barat tidak bermoral dalam menjalankan bisnisnya. Sehingga membuat penulis tertarik untuk mengangkat judul tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) untuk mengumpulkan data-data menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, analisis (penguraian), dimana data yang diambil dari buku-buku, e-book, jurnal, e-jurnal, Al-Qur’an, hadis, dan internet yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara rinci tentang bagaimana perilaku bisnis Rasulullah dan perilaku ekonom barat. Adapun tujuan di dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui konsep perilaku bisnis Rasulullah SAW dalam menjalankan bisnis sebagai entrepreneur, untuk mengetahui konsep filsafat ekonomi barat serta mengetahui tinjauan filsafat ekonomi barat terhadap perilaku bisnis Rasulullah Saw dalam menjalankan bisnis sebagai entrepreneur. Bisnis yang dijalankan Rasulullah sebagai entrepreneur tidak lepas dari perilaku Rasulullah yaitu siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan secara transparan), fathonah (cerdas). Bagi Rasulullah dalam menjalankan bisnis tidak hanya mendapatkan keuntungan saja tetapi perlu adanya ke halal-an dalam berbisnis, ketauhidan dan takut kepada Allah dalam meraih keberkahannya serta tidak merugikan orang lain. Dan tidak menerapkan larangan perilaku bisnis. Filsafat ekonomi barat berpikir secara rasio dan mengarah pada paham positivisme, materialisme, determinisme, utilitarisme serta tidak percaya akan adanya Tuhan (Teosentris). Perilaku bisnis Rasul diterapkan oleh ekonom barat. Namun, teosentris (keTuhanan) serta ke halalan di dalam bisnis orang barat tidak diterapkannya, sehingga tidak adanya keberkahan didalam bisnis tersebut.