PERANAN SAKSI INSTRUMEN TERHADAP KERAHASIAAN AKTA NOTARIS

Notaris merupakan pejabat umum yang berhak membuat akta otentik sebagai alat
pembuktian yang sempurna Pembuatan akta otentik dihadapan notaris harus memiliki sekurangkurangnnya dua orang saksi kemudian disebut sebagai saksi intrumen. Permasalahan yang muncul
dimulai dari pengaturan saksi instrumen dalam pembuatan akta notaris, perananan saksi instrumen, serta
tanggung jawab yang timbul terhadap saksi instrumen apabila terjadi sengketa di pengadilan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aturan terkait saksi instrumen dalam
kerahasiaan isi akta, peranan saksi instrumen dan tanggung jawab yang timbul apabila terjadi sengketa
di pengadilan. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini bersifat deskriptif analisis
dengan jenis penelitian hukum normatif (yuridis normatif). Bahan hukum atau materi yang dipakai untuk
menganalisis, diperoleh dari bahan kepustakaan yang meliputi bahan hukum primer, sekunder dan tersier
yang merupakan data sekunder dijadikan sebagai refrensi dalam penelitian ini terutama yang berkaitan
dengan peranan saksi instrumen terhadap kerahasiaan akta notaris.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaturan saksi dimuat dalam Undang-undang Jabatan
Notaris Pasal 40, akan tetapi belum ada UU yang mengatur tentang saksi ketika dipanggil dalam
persidangan.. Saksi instrumen berperan dalam membubuhkan tandatangan, memberikan kesaksian serta
menjadi alat bukti dalam akta notaris. Tanggung jawab yang timbul terhadap saksi instrumen saat terjadi
sengketa di pengadilan bukan lagi menjadi saksi akta, akan tetapi menjadi saksi secara umum.